Kata Kata Bijak Jalaluddin Rumi

Kata Kata Bijak Jalaluddin Rumi

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi (Jalaluddin Rumi Quotes) yang akan kami share ini diambil dari beberapa buku beliau dan juga buku-buku lain yang mengupas tentang karya-karya Jalaluddin Rumi. Oke, tanpa panjang kata yuk, kita simak bersama kata-kata bijak Jalaluddin Rumi berikut ini.

Cinta adalah bahtera yang diangkat dari tempatnya, yang dapat memusnahkan bahaya dan memberikan jalan keluar. Jual kepandaianmu dan beli keraguanmu. Kepandaian hanya opini dan keraguan adalah intuisi.

Kata-kata Bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari The Masnavi, Buku IV, cerita II, sebagaimana diterjemahkan dalam Masnavi I Ma’navi: The Spiritual Couplet of Maulana Jalalu-d-Din Muhammad Rumi, 1898

Setiap orang melihat hal gaib sesuai dengan kemurnian hatinya, dan hal itu bergantung pada seberapa banyak ia telah memolesnya. Siapapun yang telah memoles hatinya lebih sering, semakin banyak hal tak terlihat akan menjadi nyata baginya.

Kata-kata Bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dalam The Sufi Path of Love: The Spiritual Teachings of Rumi, 1983.

Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan. Aku mati sebagai tumbuhan dan berkembang menjadi hewan. Aku mati sebagai hewan dan aku adalah Manusia. Mengapa aku harus takut? Kapan aku hampir mati? Namun sekali lagi, aku akan mati sebagai manusia dan terbang bersama malaikat yang penuh berkat..

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dalam “Saya Mati sebagai Mineral”, diterjemahkan dalam The Mystic of Islam, 1914.

Datanglah, datanglah, siapaun kalian. Pengembara, penyembah api, penyembah berhala, datanglah meskipun Anda telah melanggar janji ribuan kali. Datanglah, dan datanglah lagi, Kita bukanlah kafilah yang berputus asa.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi tersebut, dikutip dari In Muslim Narratives and the Discourse of English, 2004.

Tidak ada “dunia lain”, saya hanya tahu apa yang saya alami. Kamu pasti sedang berhalusinasi.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dalam The Enlightened Mind, 1991.

Setiap orang pasti diciptakan untuk melakukan beberapa pekerjaan khusus, dan keinginan untuk mendapatkan pekerjaan itu telah ada di dalam hati.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dalam Marry Your Muse: Making a Lasting Commitment to Your Creativity, 1997.

Hamba Tuhan itu seperti ikan dilautan. Mereka muncul ke atas untuk melihat permukaan di sini, di sana, dan di mana pun yang mereka inginkan.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi tersebut dikutip dari A feather on The Breath of God, 1998.

Orang yang memiliki intelektualitas akan mengatasi hasratnya melebihi kemampuan malaikat. Sedangkan dia yang memiliki hasrat akan mengatasi intelektualitasnya lebih rendah dari binatang.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari The Rumi Collection: An Anthology of Translations of Mevlana Jalaluddin Rumi, 2000.

Kesalahan dimiliki oleh orang yang menyalahkan. Spirit tidak melihat apa pun untuk di kritik.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari Rumi Wisdom: Daily Teachings from the Great Sufi Master, 2000.

Biarkan keindahan ada pada apa yang kamu sukai menjadi apa yang kamu lakukan.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari Path for Greatnes: Spiritualty at Work, 2000.

Aku ingin hati ini terbagi menjadi bagian demi bagian, karena kesakitan adalah bagian dari Tuhan. Karenanya aku bisa menjelaskan segala kerinduan dan hasratku untuk-Nya.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi tersebut dikutip dari A feather on The Breath of God, 1998.

Kamu terlahir dengan sayap, kenapa lebih memilih merangkak dalam kehidupan?

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari Wisdom for the Soul: Five Millennia of Prescriptions for Sprititual Healing, 2006.

Sepanjang hari aku selalu memikirkan hal itu, kemudian pada malam harinya aku mengatakannya. Dari manakah aku berasal, dan apa yang seharusnya aku lakukan? Aku tidak memiliki ide. Jiwaku berasal dari suatu tempat, aku yakin akan hal itu, dan aku bermaksud untuk mati disana.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari The Essential Rumi, 1995.

Rasa manis yang tersembunyi

Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!

Keitka perut kecapi telah terisi, ia tidak dapat berdendang.

Baik dengan nada rendah maupun tinggi.

Jika otakmu dan perutmu terbakar karena puasa,

api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu

Melalui api itu, setiap waktu kamu akan membakar seratus hijab.

Dan kamu akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu.

Kutipan kata-kata Jalaluddin Rumi diatas diambil dari Puasa Membakar Hijab.

Jika saja bukan karena keridaan-Mu,

apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini dengan cinta-Mu?

Kutipan kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas diambil dari salah satu kutipan Disebabkan Rida-Nya.

Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakikat, tetapi orang dungu mencarinya di dalam penampakan.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari Letak Kebenaran.

Apapun yang kamu dengar dan katakan (tentang cinta).

Itu semua hanyalah kulit,

Sebab, inti dari cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkapkan.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dalam sebuah puisi berjudul Rahasia yang Tak Terungkap.

Di mana pun, jalan untuk mencapai kesucian hati ialah melalui kerendahan hati.

Maka dia akan sampai pada jawaban ‘Ya’ dalam pertanyaan.

Bukankah Aku Tuhanmu?

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dalam sebuah puisi berjudul Kesucian Hati.

Tuhan berada dimana-mana

Ia juga hadir dalam tiap gerak

Namun Tuhan tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu

Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang.

Walaupun sebenarnya Tuhan itu mengatasi ruang.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari Tuhan Hadir dalam Tiap Gerak.

Jangan kau seperti iblis.

Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam.

Lihatlah di balik lumpur.

Ada beratus-ratus ribu taman yang indah.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari Lihatlah yang Terdalam.

Mengapa hati begitu terasing dalam dua dunia? Itu disebabkan Tuhan yang Tanpa Ruang,

Kita dilemparkan menjadi terbatasi ruang.

Kata-kata bijak Jalaluddin Rumi diatas, dikutip dari Keterasingan di Dunia.

Komentar